Oleh : dr. Afriapollo Syafarudin, SE.MM
Target dan tantangan di tahun 2017:
- Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1% diiringi dengan efektifitas kebijakan pemerintah dalam memitigasi resiko ekonomi, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri ( mencakup kegiatan ekspor dan impor)
- Pemerintah mereformasi kebijakan selama 2 tahun terakhir dengan tantangan domestik untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih optimal dari pajak, perlu kita ketahui bahwa APBN negara Indonesia didominasi oleh penerimaan pajak (±80%). Sekarang pemerintah berencana untuk memangkas anggaan-anggaran yang tidak perlu.
- Dalam anggaran belanja negara, pemerintah ingin memfokuskan anggaran pada sektor infrastruktur.
- Mendatangkan investor, utuk memacu perekonomian bisa berputar. Dengan masuknya investor, petumbuhan ekonomi kita dapat berjalan. Selain itu, sektor tenaga kerja juga mampu terserap.
Tantangan domestik lainnya yaitu :
- Aktivitas sektor swasta pada triwulan II tahun 2016, yang masih stagnan. Karena beberapa hal antara lain suku bunga yang mempengaruhi, pertumbuhan kredit yang lambat. Perlu kita ketahui, bahwa sektor swasta masih membutuhkan pihak ketiga atau pendanaan dari bank.
- Ruang gerak pemerintah yang semakin terbatas, penurunan pendapatan pajak menyebabkan pemerintah tidak dapat leluasa dalam meningkatkan belanjanya.
- Disisi eksternal, resiko terbesar bagi perekonomian indonesia masih berasal dari RRT/RRC. Selain itu, AS juga merupkan resiko terbesar, dengan adanya kebijakan Trump yang akan memberikan dampak yang berbeda, baik terhadap kondisi ekonomi di negara tersebut maupun kondisi ekonomi global.
Sehingga pemerintah perlu menyiapkan berbagai kebijakan antisipatif agar dapat meminimalkan dampak negatif yang akan timbul dari kebijakan Amerika Serikat dan China/RRC. Sehingga ada beberapa skenario resiko ekonomi global dan domestik, yaitu:
- Pemerintah mengambil kebijakan ekonomi ketat utk menghadapi perlambatan ekonomi dinegaranya (tiongkok tighter policy)
- Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS.
- Resiko fiskal dan tax amnesty. Dimana pemerintah memotong anggaran-anggaran yang tidak terlalu diperlukan.
- Resiko sektor swasta(kenaikan NPL).
Keempat faktor di atas mempengaruhi pertumbuhan perekonomian di Indonesia.
Perkembangan dan Outlook perekonomian terkini :
- Pertumbuhan PDB 2016 di indonesia tercatat lebih rendah dari PDB 2015. Menurun dari 2.8% ke 2,2%. Dibanding dengan pertumbuhan RRC, tahun 2016 hanya sebesar 6,7% lebih rendah dari tahun sebelumnya mencapai 7%. Artinya pertumbuhan PDB Indonesia dan RRC sama-sama mengalami penurunan. Hal ini berdampak pada negara yang menggantungkan sumber perekonomiannya pada ekspor komoditas dan energi. Kita tidak bisa lepas dari hubungan antar negara.
Perkembangan dan perkiraan harga komoditas energi dunia tahun 2015-2019 :
- Pada tahun 2015, mengalami penurunan terhadap harga komoditas.
- Hingga pada tahun 2017, diperkirakan harga komoditas energi dunia masih belum mengalami perkembangan yang signifikan.
Pertumbuhan PDB dan suku bunga AS tahun 2016-2017 :
- Pertumbuhan PDB AS sebesar 1,3/1,4%, berada di bawah ekspetasinya.
- Sementara Jepang, kebijakan yield curve control yang di ambil akhir September 2016 mempertahankan imbal hasil obligasi pemerintah untuk jangka waktu 10 tahun sebesar 0%. Diharapkan ini dapat memacu investasi dan aktivitas sektor swasta di negara tersebut.
Pertumbuhan perekonomian global th 2015 diperkirakan masih akan melambat dengan angka pertumbuhan PDB sebesar 2,2% pada triwulan III dan IV tahun 2016. Pemerintah AS akan kembali menaikkan suku bunga kisaran 0,4%. Apabila suku bunga dinaikkan, maka sektor swasta akan melambat juga.
Tingginya rasio utang (swasta) terhadap PDB, RRT, ditambah dengan tingkat NPL yang tinggi mengindikasikan bahwa perlambatan ekonomi yang terjadi di RRT cukup mengkhawatirkan.
Ditengah perekonomian global yang cenderung melambat, Indonesia justru berhasil mempertahakan pertumbuhan ekonominya yang cukup tinggi yaitu sekitar 5,1 %, dibanding dengan negara-negara lainnya. Pertumbuhan tersebut utamanya berasal dari pengeluaran konsumsi (tumbuh 5,0 persen) dan pengeluaran investasi (tumbuh 4,1 persen). Sementara pengeluaran pemerintah mengalami penurunan karena adanya kebijakan penghematan belanja pemerintah. Perannya pengeluaran konsumsi 53,8% dan investasi 31,6% merupakan yang terbesar dibandingkan kelompok pengeluaran lainnya, sehingga keduanya menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan III tahun 2016. Dan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2017 adalah 5,27%.
Tantangan dan Resiko Ekonomi ke Depan :
- Resiko Global
Terdapat 2 resiko global yang diperkirakan akan berdampak terhadap pertumbuhan Indonesia di tahun 2017. Resiko global pertama adalah kebijakan pemerintah RRT untuk menghadapi kondisi perekonomian yang terus tumbuh .
Pemerintah Tiongkok di hadapkan pada 2 pilihan:
- Tetap berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi
- Melakukan kebijakan ekonomi ketat untuk mengurangi dampak kredit yang semakin meningkat, akan tetapi dengan mengorbankan pertumbuhan ekonomi.
Simulasi yang dilakukan dalam Outlook ini adalah kebijakan Pemerintah Tiongkok pilihan kedua.
Resiko global kedua adalah hasil pemilihan Presiden AS, Trump dan Cinton memiliki kebijakan yang berbeda yang berdampak berbeda bagi perkembangan ekonomi global, termasuk Indonesia.
- Kebijakan Pengetatan Ekonomi RRT
Kebijakan pemerintah RRT dalam meningkatkan investasi. Ternyata justru menyebabkan perlambatan ekonomi. Oleh sebab itu, pemerintah berencana untuk mengendalikan kredit yang berdampak pada tertahannya laju investasi. Kebijakan ini tentunya akan berdampak pula pada Indonesia, mengingat besarnya investasi yang masu ke Indonesia.
- Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS
Salah satu kebijakan Trump yaitu memangkas pajak bagi kalangan berpenghasilan tinggi akan mengurangi penerimaan AS, meskipun di satu sisi kebijakan ini dapat mendorong sektor swasta untuk meningkatkan usahanya. Kebijakan lainnya dengan memberlakukan proteksionis agresif pada bidang perdagangan antara negara Meksiko dan RRT, sehingga memberikan dampak negatif pada kegiatan ekspor impor kedua negara tersebut.
Kesimpulan :
Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor indikatif untuk mengukur sejauh mana perekonomian. Indonesia menargetkan untuk tahun 2017 dengan 5,1% dan 2018 dengan 5,18%. Pengeluaran investasi disektor swasta cenderung stagnan. Sedangkan pengeluaran pemerintah, APBN sangat terbatas dan defisit yang besar. Pemerintah melakukan tax amnesty dan perlunya penghematan anggaran, contohnya pengurangan anggaran dalam SPPD.
Menyangkut net ekspor, indonesia dihadapkan dengan kebijakan Donald Trump yang cenderung menghambat berkembangnya ekspor di negara- negara berkembang seperti indonesia dan harga komoditas yang rendah. Terjadinya rente ekonomi yang merupakan hambatan, sehingga diperlukan low investment.
12 paket kebijakan ekonomi digunakan untuk menstimulasi perekonomian agar bisa berkembang dan meningkat. Seharusnya pertumbuhan ekonomi yang meningkat paralel dengan tersedianya lapangan pekerjaan. Pertumbuhan ekonomi indonesia cenderung stabil di tengah perekonomin global.
Leave a Reply